Kamis, 18 Oktober 2012

Prof. Dr. Dawam Rahardjo: “Jangan Sampai PTAI termasuk Pendusta Agama.”

Tanggal : 04/10/2012 20:03:00   Sumber : Kelembagaan Diktis

Kuningan, 23/09/2012. Begitulah kesimpulan Prof. Dawam Rahardjo pada saat meenyampaikan pemikiran tentang Islam Transformatif pada acara “Simposium Nasional Islam Transformatif di PTAI.”  Kata-kata “mendustakan agama” mengingatkan kita pada Firman Allah Swt dala QS Al-Maun: 1-3, “Tahukah Kamu orang-orang yang termasuk mendustakan Agama?. Mereka itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan bagi orang-orang miskin.“ Kata anak yatim sering didefinisikan dengan anak yang sudah tidak mempunyai orang tua. Jika kemudian makna ini diluaskan, maka masyarakat yang lemah dan juga tidak mendapatkan perlindungan ataupun kondisinya yang (di)lemah(kan) adalah semakna dengan kata “anak yatim”. Maka, jika kemudian PTAI mengabaikan masyarakat yang demikian itu yang berada di sekitarnya, maka bisa saja PTAI dikelompokkan ke dalam pendusta agama. Paradigma sosial kritis yang melatarbelakangi metodeParticipatory Action Research (PAR) adalah paradigm yang lebih mendekatkan penelitian pada PTAI kepada realitas sosial. Hal ini didasarkan pada realitas bahwa penelitian-penelitian yang telah menghabiskan dana cukup besar, namun ia hanya sekedar sebagai dokumen peneliti dan baru dimanfaatkan saat kenaikan pangkat an sich. Padahal penelitian adalah sebuah tindakan untuk menyelesaikan problem sosial. Dengan pendekatan ini, maka masyarakat diharapkan terbangun kesadarannya.
Simposium ini diselenggarakan di sela-sela acara “Workshop Participatory Action Research (PAR)” yang diselenggarakan atas kerjasama ISIF Cirebon dan Kementerian Agama RI, selama tiga bulan yakni Oktober s.d Desember 2012. Simposium ini menghadirkan para praktisi Peneliti PAR di seluruh PTAI yang ditujukan untuk merefleksikan 9 tahun pelaksanaan PAR di PTAI. Keberadaan PAR di PTAI diharapkan bisa makin mendekatkan PTAI kepada masyarakat. Masyarakat juga makin membutuhkan keberadaan PTAI. Sebagai contoh pelaksanaan PAR pada PTAI ini adalah STAIN Pekalongan yang menjalankan peran membangkitkan kesadaran masyarakat dalam memperjuangkan hak untuk mendapatkan air bersih. Program ini telah mampu menciptakan citra positif kelembagaan PTAI di tengah masyarakat.
Dari forum Simposium ini telah terbentuk sebuah konsorsium yang disebut dengan Masyarakat Peneliti Transformatif yang diharapkan akan membawa penelitian pada PTAI makin berkualitas dan berdaya guna bagi masyarakat. Anggota Masyarakat Peneliti Transformatif ini adalah seluruh dosen PTAI yang concern dalam penelitian transformative. Paradigma kritis yang dimulai dari penelitian dan pengabdian kepada masyarakat diharapkan akan menjangkau aspek institusional/kelembagaan. Dengan demikian, PTAI bisa memaksimalkan perannya.***[Disarikan dari Laporan Monev  Anis Masykhur]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar